daun

Rabu, 14 Maret 2018

DIY Project: Cactus Amigurumi

Pernah gak si kepikiran buat ngasih hal yang beda buat di hari bahagia temen kita, contohnya wisuda. Sebenarnya gak ada pikiran buat yang namanya Amigurumi, tapi sempet kepikiran ngasih kaktus ke temen karena filosofinya yang bagus. Tapi takutnya g kerawat. Nah pas itu juga lagi iseng buat Amigurumi pohon tapi sampe sekarang gak dilanjutin heheheh. Dari situ kepikiran kenapa gak buat Amigurumi kaktus sendiri.

Bentuknya yang unik dan gemesin cocok buat pajangan dan gak akan cepet rusak juga. Mulailah searching searching di google mulai dari bentuk, cara pembuatan Amigurumi kaktus ini. Bahan buat amigurumi ini gampang banget cuma butuh benang sama hakpen yang ukurannya disesuaikan sama benangnya. Benang yang aku pake benang katun yang lembut sama hakpen ukuran 1-2.

Pembuatannya emang butuh bener bener kesabaran yang ekstra. Harus sering-sering liat YouTube yang menguras kuota heheheh. Tapi percaya si sama pepatah yang bilang "hasil tidak akan mengkhianati usaha".

Berikut ini aku kasih link video yang aku pake buat belajar Amigurumi ini
video 1
video 2
video 3

Pada video ke 2, kita bisa belajar cara buat tanah atau alas si kaktus ini. penjelasannya mudah buat diikutin dan kita bisa improve ga terpaku sama videonya 100%. Dan ini hasil buatan ku yang maaf masih belajar hehehhe 


Senin, 15 Januari 2018

Tuhan selalu di sisi kita

       Negeri ini bernama negeri sayur-sayuran. Negeri ini terletak jauh sekali, jika kau ingin pergi ke negeri ini maka kau harus melewati 7 lautan dan 7 daratan. Di negeri sayur-sayuran ini penduduknya adalah segala macam jenis sayuran. Kalian akan menemukan penduduk seperti wortel, kubis, kentang, sawi, cabe, tomat dan lain sebagainya. Mereka hidup dengan damai. Negeri ini dipimpin oleh Bapak Kentang. Warga sayur-sayuran biasa memangilnya dengan sebutan bapak walikota yang bijaksana, karena beliau terkenal sangat bijaksana dalam mengatur negeri sayur-sayuran. Beliau penuh pertimbangan dalam memutuskan setiap masalah dan juga cermat serta berusaha untuk tidak memihak kepada siapa pun.

     Setiap tahun Negeri Kentang selalu merayakan hari jadinya dengan meriah. Para warga amat antusias merayakan hari jadi Negeri Kentang. Mereka menghias rumah-rumah, jalan-jalan, taman, sekolah serta kantor. Di kampung-kampung juga diadakan lomba-lomba untuk memeriahkan hari jadi negeri sayur-sayuran. Acara yang paling ditunggu oleh warga negeri sayur-sayuran ini adalah lomba uji nyali. Lomba ini khusus untuk anak-anak. Aturan lomba ini adalah siapa yang bertahan mengelilingi hutan dengan berjalan sendiri sampai garis finis itulah pemenangnya. Dalam lomba ini juga terdapat berbagai rintangan yang harus anak-anak lalui untuk sampai garis finis.  

       Para warga heboh karena negeri mereka akan merayakan hari jadi yang ke 580 tahun. Para warga telah menghiasi sepanjang jalan dengan pernak-pernik, seperti baliho penuh ucapan selamat hari jadi untuk negeri sayur-sayuran yang ke 580.  Rumah, sekolah taman juga telah dihiasi.

       Tepat pukul 12.00 bel berbunyi teng… teng… teng….. bel itu pertanda bahwa sekolah telah usai. Anak-anak keluar kelas dengan berlarian. Mereka senang sekali. Udara pada siang hari itu sangat terik membuat tomat terlihat kepanasan. “Aduh panas sekali, aku ingin cepat-cepat pulang dan minum es. Pasti akan sangat segar” batin tomat.

      Sesampainya di rumah Tomat buru-buru mengambil air es. Glukglukgluk… “aaaah segaaar”, ucap Tomat. Sementara di ruang tamu Ibu Tomat sedang menyaksikan berita di TV. “Bagi kamu yang berusia 9-12 tahun ayo daftarkan diri kalian untuk memeriahkan lomba uji nyali yang ke 580 tahun dan dapatkan piagam penghargaan dari Walikota. Pendaftaran terbatas”. Samar-samar Tomat mendengar iklan di TV yang menyiarkan pengumuman tentang lomba uji nyali. Tomat sebenarnya sudah tahu mengenai pengumuman itu di sekolahnya, tapi ia tak tertarik dengan lomba itu. Ia merasa sangat penakut, untuk pergi ke kamar mandi saja ia harus membangunkan ibunya ketika tengah malam.   

      Keesokan harinya Tomat pergi ke sekolah. “Hei Tomat kenapa kau berjalan pelan sekali seperti ulat saja”, ejek si Wortel dan teman-temannya. Tetapi Tomat tetap berjalan dan tidak mempedulikan si Wortel dan teman-temannya. Tiba di kelas Tomat pun langsung duduk dibangkunya. Ia teringat kata-kata Ayahnya bahwa ia harus mengikuti lomba uji nyali itu, karena merupakan suatu kebiasaan untuk keluarga yang mempunyai anak laki-laki berusia 9-12 mengirimkan perwakilannya.
“Kenapa kau Tomat? kau terlihat sangat sedih pagi ini”, tanya Bayam. “aku bingung Bayam, Ayahku memintaku untuk mengikuti lomba uji nyali, tapi kau tahu sendirikan aku sangat penakut”, ucap Tomat. “Aku tahu kau sangat penakut Tomat. Ibuku pernah bilang bahwa kita tidak boleh takut. Kita harus berani”, ujar Bayam. “kau tak dengar kata teman-teman tadi bahwa tahun kemarin ada yang sampai pingsan, menangis, kejang-kejang. Aku tak mau mengalaminya Bayam”, kata Tomat.
“Ah kau terlalu menganggap serius masalah itu.”, kata Bayam. “ayo kita taklukan perasaan itu bersama-sama. Aku percaya kau akan berhasil untuk menahan rasa takutmu itu.”, kata Bayam lagi. “Baiklah aku akan ikut lomba itu. Percuma juga kalau aku tidak ikut, karena ayahku telah mendatfarkanku.”, timpal Tomat.

     Aku pulang ucap Tomat. Setelah ia menaruh tas dan sepatunya. Ia langsung menghampiri ibunya. “Ibu kenapa Ayah mendaftarkanku untuk mengikuti lomba itu. Apa Ayah tak tahu aku sangat penakut.” Ucap Tomat. “oh sayang. Itu sudah menjadi kebiasaan setiap keluarga untuk mendaftarkan anaknya yang berusia 9-12 tahun untuk mengikuti lomba uji nyali.” Kata Ibu Tomat. Tepat pada saat itu Ayah Tomat Pulang dan menghampiri Tomat dan Ibu Tomat.  “Ayah tahu kau sangat penakut, tetapi ayah ingin kau menghilangkannya dengan mengikuti perlombaan ini. Kau ingin Ayah dengar cerita dulu ketika Ayah pertama kali mengikuti lomba itu. Dahulu, Ayah juga sama. Ayah sangat takut untuk mengikuti lomba itu. Sempat Ayah mogok makan agar Kakek tidak mengirimkan Ayah untuk mengikuti lomba itu, tetapi Kakek dengan tegasnya mengatakan ayah harus mengikutinya. Kemudian Nenek mendatangi Ayah dan berkata “ketakutan bukan untuk dihindari tetapi dihadapi. Percuma jika kau menghindarinya ia akan terus ada dibelakangmu, mengikutimu ke manapun kamu pergi. Tetapi jika kamu berani mengahapi itu semuanya kamu akan dengan berani menatap segala ketakutanmu dengan senyuman. Dan ia akan pergi dengan sendirinya. Dan kau tahu ada yang lebih menakutkan dibanding lomba itu yaitu kemarahan dari Sang Pencipta.” Sejak saat itu ayah menjadi berani dan menganggap perlombaan adalah sesuatu hal yang kecil.” Jelas Ayah.

     Dengan semangat dari Ayah, Tomat menjadi semakin percaya diri. Ia percaya bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi karena pasti ada yang akan melindungi kita, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dan selalu berbuat berbuat baiklah karena di langit masih ada langit.