Negeri ini bernama negeri
sayur-sayuran. Negeri ini terletak jauh sekali, jika kau ingin pergi ke negeri ini
maka kau harus melewati 7 lautan dan 7 daratan. Di negeri sayur-sayuran ini
penduduknya adalah segala macam jenis sayuran. Kalian akan menemukan penduduk
seperti wortel, kubis, kentang, sawi, cabe, tomat dan lain sebagainya. Mereka
hidup dengan damai. Negeri ini dipimpin oleh Bapak Kentang. Warga sayur-sayuran
biasa memangilnya dengan sebutan bapak walikota yang bijaksana, karena beliau
terkenal sangat bijaksana dalam mengatur negeri sayur-sayuran. Beliau penuh
pertimbangan dalam memutuskan setiap masalah dan juga cermat serta berusaha
untuk tidak memihak kepada siapa pun.
Setiap tahun Negeri Kentang selalu
merayakan hari jadinya dengan meriah. Para warga amat antusias merayakan hari
jadi Negeri Kentang. Mereka menghias rumah-rumah, jalan-jalan, taman, sekolah
serta kantor. Di kampung-kampung juga diadakan lomba-lomba untuk memeriahkan
hari jadi negeri sayur-sayuran. Acara yang paling ditunggu oleh warga negeri
sayur-sayuran ini adalah lomba uji nyali. Lomba ini khusus untuk anak-anak.
Aturan lomba ini adalah siapa yang bertahan mengelilingi hutan dengan berjalan
sendiri sampai garis finis itulah pemenangnya. Dalam lomba ini juga terdapat berbagai
rintangan yang harus anak-anak lalui untuk sampai garis finis.
Para warga heboh karena negeri
mereka akan merayakan hari jadi yang ke 580 tahun. Para warga telah menghiasi
sepanjang jalan dengan pernak-pernik, seperti baliho penuh ucapan selamat hari
jadi untuk negeri sayur-sayuran yang ke 580.
Rumah, sekolah taman juga telah dihiasi.
Tepat pukul 12.00 bel berbunyi
teng… teng… teng….. bel itu pertanda bahwa sekolah telah usai. Anak-anak keluar
kelas dengan berlarian. Mereka senang sekali. Udara pada siang hari itu sangat
terik membuat tomat terlihat kepanasan. “Aduh panas sekali, aku ingin
cepat-cepat pulang dan minum es. Pasti akan sangat segar” batin tomat.
Sesampainya di rumah Tomat
buru-buru mengambil air es. Glukglukgluk… “aaaah segaaar”, ucap Tomat.
Sementara di ruang tamu Ibu Tomat sedang menyaksikan berita di TV. “Bagi kamu
yang berusia 9-12 tahun ayo daftarkan diri kalian untuk memeriahkan lomba uji
nyali yang ke 580 tahun dan dapatkan piagam penghargaan dari Walikota.
Pendaftaran terbatas”. Samar-samar Tomat mendengar iklan di TV yang menyiarkan
pengumuman tentang lomba uji nyali. Tomat sebenarnya sudah tahu mengenai
pengumuman itu di sekolahnya, tapi ia tak tertarik dengan lomba itu. Ia merasa
sangat penakut, untuk pergi ke kamar mandi saja ia harus membangunkan ibunya
ketika tengah malam.
Keesokan harinya Tomat pergi ke sekolah. “Hei Tomat
kenapa kau berjalan pelan sekali seperti ulat saja”, ejek si Wortel dan
teman-temannya. Tetapi Tomat tetap berjalan dan tidak mempedulikan si Wortel dan
teman-temannya. Tiba di kelas Tomat pun langsung duduk dibangkunya. Ia teringat
kata-kata Ayahnya bahwa ia harus mengikuti lomba uji nyali itu, karena
merupakan suatu kebiasaan untuk keluarga yang mempunyai anak laki-laki berusia
9-12 mengirimkan perwakilannya.
“Kenapa kau Tomat? kau terlihat sangat sedih pagi ini”,
tanya Bayam. “aku bingung Bayam, Ayahku memintaku untuk mengikuti lomba uji
nyali, tapi kau tahu sendirikan aku sangat penakut”, ucap Tomat. “Aku tahu kau
sangat penakut Tomat. Ibuku pernah bilang bahwa kita tidak boleh takut. Kita
harus berani”, ujar Bayam. “kau tak dengar kata teman-teman tadi bahwa tahun
kemarin ada yang sampai pingsan, menangis, kejang-kejang. Aku tak mau
mengalaminya Bayam”, kata Tomat.
“Ah kau terlalu menganggap serius masalah itu.”, kata
Bayam. “ayo kita taklukan perasaan itu bersama-sama. Aku percaya kau akan
berhasil untuk menahan rasa takutmu itu.”, kata Bayam lagi. “Baiklah aku akan
ikut lomba itu. Percuma juga kalau aku tidak ikut, karena ayahku telah
mendatfarkanku.”, timpal Tomat.
Aku pulang ucap Tomat. Setelah ia menaruh tas dan
sepatunya. Ia langsung menghampiri ibunya. “Ibu kenapa Ayah mendaftarkanku
untuk mengikuti lomba itu. Apa Ayah tak tahu aku sangat penakut.” Ucap Tomat.
“oh sayang. Itu sudah menjadi kebiasaan setiap keluarga untuk mendaftarkan
anaknya yang berusia 9-12 tahun untuk mengikuti lomba uji nyali.” Kata Ibu
Tomat. Tepat pada saat itu Ayah Tomat Pulang dan menghampiri Tomat dan Ibu
Tomat. “Ayah tahu kau sangat penakut,
tetapi ayah ingin kau menghilangkannya dengan mengikuti perlombaan ini. Kau
ingin Ayah dengar cerita dulu ketika Ayah pertama kali mengikuti lomba itu.
Dahulu, Ayah juga sama. Ayah sangat takut untuk mengikuti lomba itu. Sempat Ayah
mogok makan agar Kakek tidak mengirimkan Ayah untuk mengikuti lomba itu, tetapi
Kakek dengan tegasnya mengatakan ayah harus mengikutinya. Kemudian Nenek
mendatangi Ayah dan berkata “ketakutan bukan untuk dihindari tetapi dihadapi.
Percuma jika kau menghindarinya ia akan terus ada dibelakangmu, mengikutimu ke
manapun kamu pergi. Tetapi jika kamu berani mengahapi itu semuanya kamu akan
dengan berani menatap segala ketakutanmu dengan senyuman. Dan ia akan pergi
dengan sendirinya. Dan kau tahu ada yang lebih menakutkan dibanding lomba itu
yaitu kemarahan dari Sang Pencipta.” Sejak saat itu ayah menjadi berani dan
menganggap perlombaan adalah sesuatu hal yang kecil.” Jelas Ayah.
Dengan semangat dari Ayah, Tomat menjadi semakin percaya
diri. Ia percaya bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi karena pasti ada
yang akan melindungi kita, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dan selalu berbuat
berbuat baiklah karena di langit masih ada langit.